Selasa, 16 Desember 2008

DAPATKAH KTA BERSOMBONG RIA?

Bacalah Daniel 4
“Jadi sekarang aku, Nebukadnezar, memuji, meninggikan dan memuliakan Raja Sorga, yang segala perbuatan-Nya adalah benar dan jalan-jalan-Nya adalah adil, dan yang sanggup merendahkan mereka yang berlaku congkak.” (Daniel 4:37)

Menjadi yang terbesar dan terhebat adalah impian semua orang. Tidak ada seorangpun dimuka bumi ini yang ingin menjadi yang terkecil dan terbelakang. Di sekolah, kantor, gereja, arena olahraga bahkan di rumah pun orang berlomba-lomba menunjukkan bahwa dirinya adalah yang terbesar dan terhebat. Fenomena menunjukkan bahwa dirinya sebagai yang terbesar dan terhebat bukanlah fenomena yang terjadi akhir-akhir ini tetapi sudah ada jauh pada zaman Nebukadnezar. Nebukadnezar menyatakan dengan sombong “Bukankah itu Babel yang besar itu, yang dengan kekuatan kuasaku dan untuk kemuliaan kebesaranku telah kubangun menjadi kota kerajaan?” (ay. 30).
Menunjukkan kehebatan dan kemampuan diri bukanlah suatu hal yang salah, namun akan menjadi sebuah kesalahan dan dosa dihadapan jika kita menjadi sombong atas kemampuan atau kehebatan kita. Orang sombong adalah orang yang tidak tahu dan tidak mengenal dirinya. Allah benci dan akan menghukum orang sombong, seperti yang terjadi dengan raja Nebukadnezar. Setelah raja Nebukadnezar menyombongkan dirinya, pada saat itu juga Allah menghukumnya dengan merendahkannya menjadi seperti seekor binatang.
Sebagai manusia kita harus menyadari siapa diri sebenarnya. Kita hanyalah ciptaan yang lemah dan tidak mampu berbuat apa-apa. Allah menciptakan dan meberikan kita kelebihan-kelebihan adalah supaya kita memuliakan-Nya dalam kehidupan kita. Jika ada orang yang menyombongkan diri maka ia telah mencuri kemuliaan Allah. Lalu bagaimana seharusnya sikap kita terhadap kelebihan, kehebatan dan kebesaran yang Allah berikan?
Berlakulah seperti raja Nebukadnezar, pujilah, tinggikanlah dan muliakanlah Allah atas segala perbuatannya. Bersyukurlah atas kelebihan kehebatan yang Allah berikan dan muliakanlah melalui kelebihan dan kehebatan yang Allah berikan.

SEMUA HANYA KARNA ANUGERAH TUHAN.

Kamis, 11 Desember 2008

I LOVE YOU

Bacalah Mazmur 133
“Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!” (Mazmur 133:1b)

Kehidupan saat ini diwarnai dengan mobilitas yang cepat serta dinamis dan penuh persaingan yang ketat yang menghasilkan manusia-manusia yang individualis. Sikap dan sifat individualis memang membuat orang menjadi mandiri tetapi juga telah merusak hubungan dengan sesama. Merusak hubungan suami dengan isteri, anak dengan orang tua, antara atasan dan bawahan, antara sesama rekan sekerja, dan merusak persahabatan. Tidak ada seorangpun yang menginginkan hal yang seperti demikian terjadi. Semua orang mendambakan kerukunan dan kedamaian.
Kerukunan adalah sesuatu yang Tuhan inginkan dalam kehidupan manusia terutama dalam kehidupan anak-anak-Nya. Ketika Tuhan menciptakan Hawa, Tuhan menciptakannya sebagai penolong Adam, dan untuk dapat menjadi penolong dibutuhkan suatu relasi yang baik, dan rukun. Dan pemazmur menyatakan bahwa Tuhan telah menyediakan berkat-berkat dalam relasi yang rukun dengan sesama.
Dalam Perjanjian Lama, imam memegang peranan penting. Harun adalah kepala para imam mewakili umat Allah, dan melalui institusi keimaman yang dipimpin Haruni inilah Allah mencurahkan berkat dan pengampunan kapada umat Allah. Dan seperti embun menggambarkan kesejukan, ketenangan, kesegaran dan kedamaian, Allah melalui hubungan yang rukun juga menyediakan kesejukan, ketenangan dan kedamaian surgawi yang tidak dapat tergantikan oleh apapun. Dan terlebih lagi, Allah menyediakan kehidupan yang kekal.
Sudahkah saudara hidup rukun dengan orang lain, isteri/suami, anak, orang tua, rekan sekerja, bahkan musuh saudara?

Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya. (I Yoh 4:21b)

Minggu, 07 Desember 2008

RESIKO?

Bacalah Daniel 3
Berkatalah Nebukadnezar: “Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya, yang telah menaruh percaya kepada-Nya, dan melanggar titah raja, dan yang menyerahkan tubuh mereka, karena mereka tidak mau memuja dan menyembah allah manapun keculai Allah mereka.” (Daniel 3:28)

Hidup manusia adalah hidup yang penuh dengan pilihan-pilihan. Pilihan yang harus diputuskan dan keputusan itu menghasilkan resiko. Mulai dari bangun pagi hingga kembali tidur di malam hati. Mulai dari hal kecil seperti mau makan apa, hingga keputusan besar seperti mau kuliah fakultas apa. Itulah kehidupan manusia yang penuh dengan pilihan-pilihan yang harus diputuskan dengan resiko yang telah menanti.
Dalam keputusan kita mengikuti Tuhan pun banyak resikonya. Salah satu resikonya ialah menghadapi orang-orang yang tidak menyukai keputusan kita mengikut Tuhan, yang terkadang tidak segan-segan menekan, menganiaya bahkan mencoba membunuh kita seperti yang dialami oleh Sadrakh, Mesakh dan Abednego.
Sadrakh, Mesakh dan Abednego dipaksa oleh raja Nebukadnezar untuk menyembah patung. Mereka tahu benar resiko yang akan mereka hadapi. Jika mereka tidak menyembah patung tersebut maka perapian yang menyala-nyala telah menanti mereka. Jika mereka menyembah patung tersebut, memang mereka akan selamat dari perapian yang menyala-nyala namun mereka akan menghadapi murka Tuhan. Akhirnya mereka mengambil keputusan tidak menyembah patung tersebut walaupun mereka akan dilemparkan ke dalam api yang menyala-nyala. Karena kesetiaan mereka kepada Allah maka Allah mengirimkan malaikat-Nya dan melepaskan mereka.
Mengikut Tuhan memang ada bahaya dan resiko namun percayalah, Allah yang kita sembah adalah Allah yang setia yang tidak pernah meninggalkan orang-orang yang setia kepada-Nya. Jika Allah yang menciptakan langit dan bumi beserta dengan kita apa lagi yang kita takutkan.
RESIKO ? SIAPA TAKUT !

Sabtu, 06 Desember 2008

PRIORITAS HIDUPKU

Bacalah Mazmur 132
“Ingatlah, ya TUHAN, kepada Daud dan segala penderitaannya, bagaimana ia telah bersumpah kepada TUHAN, telah bernazar kepada Yang Mahakuat dari Yakub:”
(Mazmur 132:1b-2)

Setiap kita memiliki tujuan dan prioritas hidup yang berbeda-beda. Ada banyak hal yang dijadikan manusia sebagai tujuan dan prioritas hidupnya. Ada yang menjadikan uang, kekuasaan, hormat, kepandaian dll sebagai tujuan dan prioritas hidupnya. Namun apa sebenarnya yang ingin dicapai manusia dibalik pengejaran prioritas yang tiada habisnya? Bukankah kebahagian, kedamaian, ketenangan lahir dan batin? Apakah uang, kekuasaan, hormat, kepandaian dapat memberikan semua itu? Tentu tidak! Namun ada satu hal yang jika kita menjadikannya sebagai tujuan dan prioritas dalam hidup kita maka semua akan ditambahkan dalam kehidupan kita.
Daud sebagai seorang raja memiliki semuanya, kekayaan, kehormatan, kekuasaan, kepandaian dll. Namun ia tahu bahwa semua yang ia miliki hanyalah berkat tambahan, semuanya itu tidak akan ia dapatkan dan tidak akan berarti jika Tuhan, pemiliki semua yang ada, tidak memberikan kepadanya dan tidak menyertainya. Daud menjadikan Tuhan sebagai tujuan dan prioritas hidupnya. Daud memiliki kerinduan yang dalam akan Tuhan, bahkan ia bernazar tidak akan istirahat sebelum mendapat tempat untuk Tuhan. Yang terutama bagi Daud ialah Tuhan Sang pemberi berkat bukan berkatnya.
Jadikanlah Tuhan sebagai tujuan dan prioritas dalam hidup kita. Di pagi hari sebelum kita melakukan apapun kita datang berdoa dan merenungkan Firman Tuhan. Di hari minggu, kita mendahulukan kebaktian di gereja sebelum kita melakukan kegiatan lainnya, mis. Liburan, bekerja dll. Kita menempatkan Tuhan diatas semua kepentingan kita.

Tetapi cari dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (Mat. 6:33)

Kamis, 04 Desember 2008

ALLAH LAH ANDALANKU!

Baca : Daniel 2
“Ya Allah nenek moyangku, kupuji dan kumuliakan Engkau, sebab Engkau mengaruniakan kepadaku hikmat dan kekuatan, dan telah memberitahukan kepadaku sekarang apa yang kami mohon kepada-Mu: Engkau telah memberitahukan kepada kami hal yang dipersoalkan raja.” (Daniel 2:23)

Kehidupan manusia diwarnai dengan banyak peristiwa-peristiwa dan persoalan. Ada peristiwa yang menyenangkan namun juga ada yang menyedihkan. Ada yang memberikan semangat tapi ada juga yang mengecilkan hati. Tidak jarang peristiwa dan persoalan yang dihadapinya itu tidak dapat dimengerti oleh otak manusia. Berbagai usaha dilakukan manusia untuk dapat mengerti peristiwa dan persoalan kehidupan yang tidak dimengerti itu.
Nebukadnezar dan Daniel, sebagai manusia biasa, juga pernah mengahadapi persoalan dan peristiwa yang tidak dapat dimengerti, namun mereka meliki caranya masing-masing untuk dapat mengerti persoalan tersebut.
Nebukadnezar bermimpi dan ia tidak mengerti mimpinya itu, lalu memanggil semua orang-orang berilmu, pandai dan berhikmat supaya mereka menjelaskan arti mimpinya tersebut (Dan. 2:2-3). Namun tidak ada seorangpun dari antara orang berilmu, pandai dan berhikmat itu yang dapat memberitahukan dan menjelaskan arti mimpi Nebukadnezar. Nebukadnezar mengandalkan manusia dan ia kecewa.
Sebagai salah satu orang pandai di kerajaan Babilonia, Daniel pun menghadapi bahaya hukuman mati jika ia tidak dapat memberitahukan dan menjelaskan mimpi raja Nebukadnezar. Daniel tidak meminta pertolongan manusia. Daniel dan ketiga kawannya memohon kasih sayang kepada Allah dan meminta Allah menyingkapkan mimpi tersebut. Daniel mengandalkan Allah dan ia berhasil.
Manusia tidak akan bebas dari persoalan selama ia hidup di dunia, tapi bagimana manusia menghadapi persoalan hidupnya adalah hal yang penting dan menentukan. Jika ia mengandalkan manusia maka ia harus bersiap-siap kecewa. Namun jika ia mengandalkan Allah maka ia diberkati. Amin

ALLAH TIDAK PERNAH MENGECEWAKAN ORANG YANG MENGANDALKANNYA

Rabu, 03 Desember 2008

my photo

TUHAN SUMBER PENGHARAPAN

Bacalah Mazmur 131
“Berharaplah kepada Tuhan, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!”
Mazmur 131:3

“Harapan” adalah sebuah kata yang disukai dan selalu ingin didengar oleh semua orang. Keluarga pasien yang sakit parah selalu berharap dokter berkata “Masih ada harapan.” Seorang guru mengajar dengan sungguh-sungguh karena ia tahu bahwa generasi muda adalah harapan bangsa. Seorang usahawan berharap usahanya sukses sehingga tokonya diberi nama “Harapan Jaya.” Orang tua yang penuh harapan memberi nama anaknya Harapan. Selama manusia bernafas selalu ada harapan. Hanya orang yang putus asa yang tidak dapat melihat adanya harapan. Namun yang menjadi pertanyaan ialah kepada siapa kita menggantungkan harapan kita? Kepada manusia atau kepada Allah? Banyak orang secara spontan akan menjawab “Allah!” secara pengetahuan, semua orang tahu bahwa hanya Allah lah tempat berharap, namun pada kenyataannya, perbuatan dan tindakan mereka tidak menunjukkan bahwa mereka berharap kepada Allah, mereka mengandalkan diri mereka dan orang lain.
Siapakah manusia sehingga kita berharap kepadanya? Biasanya orang akan merasa tenang jika mereka berharap pada seseorang/sesuatu yang besar, misal kepada Presiden, Raja atau yang lainnya. Tapi apakah mereka dapat dipercaya? Bukankah mereka juga manusia biasa yang begitu kecil, yang penuh dengan kelemahan, yang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan dunia yang besar ini, mengapa kita tidak berharap pada dunia saja? Atau berharap kepada alam semesta yang jauh lebih besar? Kita tidak berharap kepada dunia dan alam semesta karena kita tahu dunia dan alam semesta adalah benda mati yang tidak dapat berbuat apa-apa, mengapa kita tidak percaya dan berharap kepada yang lebih besar dari alam semesta, yaitu Dia yang menciptakan alam semesta, Allah semesta alam?
Bukankah sejarah dan Alkitab telah menyatakan bahwa di tengah-tengah ketiadaaan harapan, Allahlah sumber pengaharapan terbesar itu? Kedatangan Tuhan Yesus ke dunia memberikan harapan terlepasnya manusia dari murka Allah dan hukuman kekal. Sebuah harapan yang PASTI dan SUDAH tergenapi. Allahlah tempat pengharapan. Berharaplah hanya kepada-Nya!

Salah berharap? Bersiaplah untuk kecewa!

MANUSIA BERENCANA, ALLAH MENENTUKAN

Bacalah: Daniel 1
“Tuhan menyerahkan Yoyakim, raja Yehuda, dan sebagian dari perkakas-perkakas di rumah Allah ke dalam tangannya. Semuannya itu dibawanya ke tanah Sinear, ke dalam rumah dewanya; perkakas-perkakas itu dibawanya ke dalam perbendaharaan dewanya. (Daniel 1:2)

Dalam kehidupannya, manusia membuat banyak rencana, rencana study, rencana kerja, rencana perkawinan dan rencana lainnya. Banyak rencana itu yang berhasil namun tidak sedikit yang gagal. Hal apa yang menentukan berhasil atau tidak rencana manusia?
Dalam Daniel 1:1, Nebukadnezar dengan kekuatan militernya yang besar menyerang dan mengepung bangsa Israel di Yerusalem. Penyerangan ini bukanlah penyerangan yang sembarangan dan tanpa perencanaan tetapi sebuah penyerangan yang telah direncanakan dengan baik. Namun bukan rencana dan strategi perang serta kekuatan militer Nebukadnezar yang hebat dan kuat yang menyebabkan bangsa Israel dapat dikalahkan dan ditawan. Israel dapat ditaklukkan karena Tuhan yang menyerahkan. Frasa “Tuhan menyerahkan” bukan berarti Tuhan adalah pribadi yang menyebabkan kekalahan dan penderitaan yang dialami bangsa Israel, melainkan frasa ini dengan jelas menyatakan bahwa semua yang terjadi di dalam dunia ini, termasuk yang terjadi atas bangsa Israel dan diri kita, terjadi atas kehendak dan rencana Allah yang berdaulat. Walaupun Nebukadnezar telah merencanakan dengan baik namun jika Allah yang berdaulat tidak berkehendak untuk menyerahkan bangsa Israel maka Nebukadnezar tidak dapat mengalahkan dan menawan bangsa Israel.
“Manusia berencana, Allah yang menentukan.” Allahlah yang menentukan berhasil atau tidaknya rencana manusia. Mari kita serahkan semua rencana yang telah kita buat kepada Allah, karena semua yang terjadi dalam hidup kita berdasarkan kehendak dan rencana Allah yang sempurna, kekal dan untuk kebaikan kita.

GOD’S PLAN IS THE BEST